Text Practice Mode
Gempa Megathrust Di Jakarta
created Tuesday June 24, 13:29 by Sepha Delena
0
270 words
9 completed
0
Rating visible after 3 or more votes
saving score / loading statistics ...
00:00
Jakarta, 27 Juli 2031
Hari itu langit Jakarta mendung, seolah menyimpan rahasia besar. Sejak pagi , udara terasa berat. tidak seperti biasanya. Di lantai 21 sebuah gedung pencakar langit di Sudirman, Dinda seorang analis data sedang fokus memeriksa laporan klien, tiba-tiba kursinya bergoyang halus. ia menoleh ke rekan di sebelahnya, Bayu yang juga tampak kebingungan
"gempa ya ?" tanya Dinda
Sebelum Bayu sempat menjawab, lantai berguncang hebat komputer berjatuhan, lampu bergoyang liar, dan suara retakan mulai terdengar dari dinding. Teriakan panik mulai memenuhi ruangan.
Pusat gempa terdeteksi di selatan pulau Jawa, zona Megathrust selatan pulau Jawa-Sumatera, Kedalaman 20 Km Magnitudo 9.1
Jakarta terguncang selama 2 menit 36 detik, durasi yang cukup untuk meruntuhkan gedung-gedung yang tak siap. Listrik padam, sinyal hilang, Jalan-jalan utama berubah menjadi kekacauan. Orang -orang berhamburan keluar dari gedung dengan wajah pucat dan pakaian penuh debu.
Di kawasan kemang, tanah mengalami likuefaksi, Bangunan kecil dan rumah-rumah ruko miring dan runtuh seperti domino, di Ancol peringatan tsunami di umumkan lewat pengeras suara darurat, Ombak setinggi 5 meter diprediksi tiba dalam waktu kurang dalam 1 jam.
Di tengah kekacauan itu Dinda dan Bayu berjalan kaki pulang melewati reruntuhan , menghindari kabel listrik yang menjuntai, dan membantu seorang anak kecil yang terpisah
dari orang tua nya, Jakarta yang biasa bising dengan hidup, kini berubah menjadi kota yang sunyi yang penuh debu dan tangisan.
Di Monas tenda-tenda mulai berdiri, para relawan, TNI dan warga bahu-membahu saling membangun tempat perlindungan sementara. dari Radio darurat Nasional.
Hari demi hari Jakarta berubah. DI tengah reruntuhan tumbuh solidaritas, Dinda dan Bayu dengan jutaan warga lainnya belajar tentang arti bertahan, tentang harapan di balik bencana.
Hari itu langit Jakarta mendung, seolah menyimpan rahasia besar. Sejak pagi , udara terasa berat. tidak seperti biasanya. Di lantai 21 sebuah gedung pencakar langit di Sudirman, Dinda seorang analis data sedang fokus memeriksa laporan klien, tiba-tiba kursinya bergoyang halus. ia menoleh ke rekan di sebelahnya, Bayu yang juga tampak kebingungan
"gempa ya ?" tanya Dinda
Sebelum Bayu sempat menjawab, lantai berguncang hebat komputer berjatuhan, lampu bergoyang liar, dan suara retakan mulai terdengar dari dinding. Teriakan panik mulai memenuhi ruangan.
Pusat gempa terdeteksi di selatan pulau Jawa, zona Megathrust selatan pulau Jawa-Sumatera, Kedalaman 20 Km Magnitudo 9.1
Jakarta terguncang selama 2 menit 36 detik, durasi yang cukup untuk meruntuhkan gedung-gedung yang tak siap. Listrik padam, sinyal hilang, Jalan-jalan utama berubah menjadi kekacauan. Orang -orang berhamburan keluar dari gedung dengan wajah pucat dan pakaian penuh debu.
Di kawasan kemang, tanah mengalami likuefaksi, Bangunan kecil dan rumah-rumah ruko miring dan runtuh seperti domino, di Ancol peringatan tsunami di umumkan lewat pengeras suara darurat, Ombak setinggi 5 meter diprediksi tiba dalam waktu kurang dalam 1 jam.
Di tengah kekacauan itu Dinda dan Bayu berjalan kaki pulang melewati reruntuhan , menghindari kabel listrik yang menjuntai, dan membantu seorang anak kecil yang terpisah
dari orang tua nya, Jakarta yang biasa bising dengan hidup, kini berubah menjadi kota yang sunyi yang penuh debu dan tangisan.
Di Monas tenda-tenda mulai berdiri, para relawan, TNI dan warga bahu-membahu saling membangun tempat perlindungan sementara. dari Radio darurat Nasional.
Hari demi hari Jakarta berubah. DI tengah reruntuhan tumbuh solidaritas, Dinda dan Bayu dengan jutaan warga lainnya belajar tentang arti bertahan, tentang harapan di balik bencana.
