eng
competition

Text Practice Mode

Aku si Anak Sulung

created Sunday September 07, 09:09 by Alifah Najah


3


Rating

452 words
80 completed
00:00
Hai, aku Rohim.  
Aku adalah anak laki-laki pertama dari 7 bersaudara. Benar, aku 7 bersaudara. Rumahku tak terlalu besar untuk kita tempati bersama namun cukup dan kehidupan kami belum bisa dibilang layak namun cukup karena hanya ibu lah yang bekerja. Namun kita sudah terbiasa dan bahagia, itu karena ada ibuku yang selalu mengajarkan rasa bersyukur. Ketika kelas 1 SMA, ibuku divonis tumor ganas dan berjuang sekuat yang ia bisa. Namun kala itu, ibu tidak berhasil melawan penyakit yang dideritanya. Aku hancur, aku gila. Satu-satunya orang yang bisa membuat kita merasa hidup pergi untuk selamanya.  
 
Semenjak kematian ibuku, ayahku mulai kehilangan pikirannya, ia hutang baik di online maupun hutang dengan saudara dan tetangga. Padahal sebelum ibu meninggal, ibu sangat melarang hutang dengan siapapun jika tidak kepepet. Namun ayah, ayah selalu menolak bekerja hingga akhirnya aku bekerja menjual makanan di sekolahku. Meskipun terkadang aku ditegur oleh guru karena dilarang jualan di sekolah. Ketika pulang sekolah, aku membantu bibiku untuk menjaga warungnya. Lumayan untuk aku dan adik-adikku makan.  
 
Malam hari ini, tiba-tiba dua orang laki-laki menggedor pintu rumahku ketika aku sedang sibuk membuat kue untuk aku jual di sekolah besok pagi. Itu adalah tukang tagih hutang. Mereka menggedor dengan keras membuat adik-adikku ketakutan. Sementara ayahku hanya bersembunyi di kamarnya dan menyuruhku untuk menghadapi penagih utang itu. Ketika aku keluar, tubuh kekar dengan banyak tato menggertakku dan menanyakan keberadaan ayahku, aku hanya bisa menahan tangisku dan diam membisu. Mereka terus menggoyangkan badanku agar aku dapat bersuara, namun aku tak berani mengeluarkan sepatah katapun.  
 
"Dimana ayahmu?!" Ucap salah satu dari mereka sambil menamparku.  
 
Karena aku takut, aku hanya terus menggeleng dan membisu. Karena rumah di desa kami berdekatan, tetanggaku melihat kejadian itu dan membantuku agar dapat jujur. Akhirnya aku jujur dan mengatakan bahwa ayahku ada di dalam. Namun ketika kedua orang itu masuk, ayahku sudah kabur melalui jendela di rumah dan aku tak tahu ayahku kemana. Kedua penagih hutang itu hanya bisa menggeram kesal dan membanting tangan ke meja dan pergi meninggalkan rumahku.  
 
Tetanggaku menenagkanku dan menanyakan apa yang terjadi. Aku menceritakan semuanya.  
 
Semenjak ibuku belum meninggal, ayahku memang sudah kecaduan dengan judi online. Namun karena ibu masih bekerja dan memiliki gaji yang cukup. Semenjak ibu meninggal, ayahku tidak ingin berhenti bermain judi online sehingga kesusahan untuk menutupi kerugiannya. Hingga pada akhirnya ayahku mencoba pinjam uang secara online dalam jumlah yang besar dengan bunga yang besar pula. Karena kini hanya aku yang bekerja, sedangkan adik-adikku masih banyak di bawah umur, ayahku tidak bisa melunasi hutang-hutang yang ada hingga berakhir seperti ini.  
 
2 hari berlalu, aku diberi kabar oleh saudara ayahku jika ayahku meninggal karena melompat ke sungai dari jembatan. Aku cukup terpukul dan menyesali perbuatan ayahku, kenapa harus kelurga aku? kenapa seperti ini? Salah aku apa, Tuhan..

saving score / loading statistics ...